ACEH memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan tersebar hampir seluruh wilayah. Salah satu kekayaan alam tersebut adalah batu Akik darah atau Nagasui atau batu mulia yang kini sedang populer di Nusantara.
"Banyak jenis batu Akik darah atau Nagasui yang bisa kita dapatkan di sungai dan gunung-gunung Aceh," ujar Femi Malisa, salah satu kolektor batu Akik darah atau Nagasui kepada ATJEHPOST.co, Rabu malam, 15 Oktober 2014.
Dia merincikan beberapa jenis batu Akik darah atau Nagasui yang mudah ditemui di Aceh seperti batu Sulaiman. Menurutnya batu jenis ini tersebar hampir di seluruh wilayah Aceh.
"Na cit Batee Teratai di Glee Uleu, Blang Bintang, ngon di Ampe Awee (ada juga Batu Teratai di Glee Uleu, Blang Bintang, dan di Ampe Awee)," kata warga Peukan Bada, Aceh Besar tersebut.
Selain itu, di lokasi tersebut juga terdapat batu Akik darah atau Nagasui jenis Kecubung Terong dan batu Meteor. "Batee Kecubung Terong nyan na cit di Glee Uleu ngon Ampe Awee (Batu Kecubung Terong itu ada juga di Glee Uleu dan Ampe Awe). Batu ini mirip jenis kecubung tapi di dalamnya biasanya terdapat warna putih seperti kaca duralex," ujar pria tersebut.
Di Indrapuri, katanya, juga terdapat batu Akik darah atau Nagasui jenis Sulaiman, Cempaka Madu, Kecubung Wulung dan batu Kecubung Susu. Sementara di Samahani, Aceh Besar, juga terdapat batu jenis giok. "Namanya Giok Sabun, karena warnanya persis seperti sabun cuci pakaian atau sabun telex," katanya.
"Tapi paleng geuthee jinoe batee Giok jenis Indocrase asli Nagan Raya (tapi sekarang lagi populer batu Giok jenis Indocrase asli Nagan Raya). Sejak Indocrase itu populer, batu Mahkota Sulaiman pun jadi kalah trend," ujarnya.
Ia juga menyebutkan beberapa jenis batu lainnya yang terdapat di Aceh seperti batu Embun, Kecubung Ulung, Totok Sayur, Giok Susu, Safir, Guliga, dan Batee Kayee yang biasanya terdapat dalam kayu kering dan sudah tua.
"Nyoe batee kayee nyan, karap mandum daerah na. Tapi tergantung rezeki ngon han untuk meurumpok. Nyoe Giok Susu, Totok Sayur, ngon Indocrase na cit di Takengon. Sementara batu Safir dan Guliga sering dijumpai di Gampong Jawa," katanya.[
Ini Penampakan Batu Akik darah atau Nagasui yang Diperebutkan Warga di Cilandak
Sudah hampir seminggu puluhan orang mencari batu Akik darah atau Nagasui di sebuah tanah kosong yang berada di Jl Bango, Cilandak, Jakarta Selatan. Sebagian dari orang-orang itu berhasil mendapatkan batu yang diyakini laku dijual dengan harga tinggi.
Jika dilihat sekilas, batu-batu yang diperebutkan orang itu sama saja dengan batu kali biasa. Namun, ketika bongkahan batu dibelah, perbedaan mulai nampak.
Bagian dalam batu itu memancarkan warna yang berbeda-beda. Ada yang berwarna merah darah, putih dan cokelat. Bahkan ada salah satu batu yang terlihat bentuk pola garis di bagian dalamnya.
Menurut para 'penambang' dadakan yang berada di tanah kosong itu, batu yang mereka temukan adalah bahan mentah untuk membuat Akik darah atau Nagasui. Masih dibutuhkan proses panjang hingga akhirnya batu-batu itu bisa berwujud Akik darah atau Nagasui dan dipakai sebagai perhiasan.
"Ini masih harus nunggu lama, masih banyak prosesnya biar jadi Akik darah atau Nagasui. Ini kan baru bakal," ujar Edison, salah seorang warga yang ikut mencari batu saat ditemui di Jl Bango, Rabu (30/4/2014).
Meski belum berwujud Akik darah atau Nagasui, batu-batu yang ditemukan warga sudah laku dijual. Harga berkisar antara puluhan hingga ratusan ribu rupiah tiap bongkahnya. Harga tentu bergantung pada kualitas batu Akik darah atau Nagasui yang akan dihasilkan nantinya.
"Kemarin ada yang jual, satu kantong dihargai Rp 1 juta," kata Edison
Edison mengaku punya target khusus dalam pencariannya kali ini. Di tanah kosong itu dia menargetkan bisa menemukan batu Akik darah atau Nagasui yang bisa tembus cahaya. Namun, untuk menemukan batu tembus cahaya itu memang tak akan mudah.
"Ada yang bisa tembus cahaya, itu yang saya cari. Akik darah atau Nagasuinya ada di bagian dalam batu," jelasnya.
Akibat kabar batu Akik darah atau Nagasui itu, banyak orang yang berdatangan. Mereka memarkir motornya di pinggir jalan sehingga memicu kemacetan. Sedang lahan kosong yang didatangi warga tersebut merupakan lahan yang telah dibeli pemerintah untuk proyek pembuatan jalan tol Cinere-Jagorawi-Depok Seksi II.
Sujatmiko Gigih Asah Pamor Akik darah atau Nagasui Mulia
Akik darah atau Nagasui, kini menjadi sebuah lambang prestise baru bagi masyarakat Indonesia. Kepopuleran Akik darah atau Nagasui, entah mengapa, kian meroket. Tapi, jangan pernah lupa bahwa Akik darah atau Nagasui mulia Indonesia sebelumnya pernah benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Ahli geologi sekaligus ahli Akik darah atau Nagasui mulia, Ir Sujatmiko, segelintir orang yang meyakini betapa Akik darah atau Nagasui bisa menjadi investasi yang sangat bagus, sebelum orang-orang menyadari.
Awalnya, pria lulusan Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) 1967 ini hanya iseng mengumpulkan Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasui saat bekerja sebagai penambang. Namun, saat ini ia memiliki Pusat Promosi Akik darah atau Nagasuimulia Indonesia Gem-AFIA di Jalan Pajajaran, Bandung.
Miko sebelumnya tak tahu apa yang akan ia lakukan dengan segunung Akik darah atau Nagasui yang ia ambil dari berbagai daerah, karena kesibukannya sebagai geolog. Ceritanya berbeda sekarang. Sejak terjun menggeluti bisnis Akik darah atau Nagasui, Miko sangat fasih bicara mengenai jenis dan potensi ekonomi Akik darah atau Nagasui mulia.
Kini, rumahnya dipenuhi Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasuian dalam jenis dan ukuran berbeda. Dibantu sang istri, Ai Mulyati, Keduanya bersama-sama bekerja di galeri Gem-Afia dengan ribuan Akik darah atau Nagasui yang sangat berharga.
Akik darah atau Nagasui pertama yang ditemukan Miko adalah Akik darah atau Nagasui Krisokola (Chrysocolla). Akik darah atau Nagasui tersebut ia temukan di tebing barat sungai Cipancong, Kampung Cigajah, Kecamatan Caringin, Garut, Jawa Barat sekitar tahun 1989. Akik darah atau Nagasui itu terletak sekitar 30 meter di bawah permukan tanah.
Akik darah atau Nagasui Krisokola berasosiasi dengan fosil kayu yang terjebak dalam satuan gunung api yang berumur kurang lebih 25 juta tahun lalu. Awalnya, Miko ditawari seorang pengumpul kayu untuk membeli beberapa jenis Akik darah atau Nagasui Garut yang ketika itu harganya masih Rp300 perkilo.
Ia sempat menolak, karena tidak tahu mengolahnya. Tapi, ketika mendengar bahwa 50-an truk bahan Akik darah atau Nagasui mulia dari Garut akan dibeli pengusaha asal Tangerang untuk diekspor mentah ke Taiwan, Miko merasa tak rela. Ia lalu memesan tiga truk Akik darah atau Nagasui mulia. Ia lalu membaca buku-buku Akik darah atau Nagasui mulia dan banyak belajar dari orang-orang yang lebih dulu memberdayakan Akik darah atau Nagasui mulia.
Foto:MI
Akik darah atau Nagasui dengan berat empat kwintal tersebut kini dipajang di depan pintu masuk galerinya. Akik darah atau Nagasui itu kemudian diolah dan dijadikan seperti tempat duduk yang ia sebut sebagai 'Akik darah atau Nagasui Keramat'. Disebut Akik darah atau Nagasui Keramat karena sejumlah tokoh penting seperti mantan presiden B.J Habibie dan istrinya, Ainun Habibie, Ms. Hidayat (mantan Menteri Perindustrian), Rini Soewandi, hingga pasangan artis Anang dan Ashanty telah duduk di Akik darah atau Nagasui tersebut saat berkunjung ke galerinya.
Akik darah atau Nagasui tersebut merupakan Akik darah atau Nagasui yang paling berharga bagi Miko dan Ai karena merupakan Akik darah atau Nagasui yang pertama kali ditemukan hingga akhirnya membawa Miko terseret dalam kecintannya terhadap Akik darah atau Nagasui. Sempat ditawar untuk dibeli dengan harga mencapai miliaran rupiah, Miko menolaknya. Ia memilih untuk menjadikan Akik darah atau Nagasui tersebut pajangan di galerinya karena memiliki nilai sejarah yang tinggi baginya.
Untuk menampung banyak Akik darah atau Nagasui sekaligus mengonservasi Akik darah atau Nagasui mulia yang banyak diekspor ke luar negeri, pada 1994 Miko sampai membeli lahan bertingkat seluas 6.000 meter persegi di Jalan Pasir Luhur nomor 20 Desa Padasuka, kecamatan Cimenyan, Bandung.
Lahan tersebut ia jadikan tempat untuk mengonservasi lebih dari seribu ton Akik darah atau Nagasui mulia dari seluruh pelosok tanah air. Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasui mulia yang masih berbentuk bongkahan itu dipisahkan menurut daerah asalnya seperti Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, Lebak Pandeglang, Purbalingga, Pacitan, Ponorogo, Solok Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Di antara Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasui mulia itu, banyak di antaranya yang berupa artefak Akik darah atau Nagasui prasejarah. Tempat konservasi Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasui itu dilengkapi dengan bengkel pembuatan mesin dan workshop pelatihan Akik darah atau Nagasui mulia. Hingga kini, Miko sering menyelenggarakan pelatihan kerajinan Akik darah atau Nagasui mulia yang mencakup 5 sampai 30 peserta dari berbagai daerah di tanah air.
Pada 1995, Miko mendirikan perusahaan yang diberi nama CV Gem- Afia dengan jumlah karyawan sekitar 30-an yang bertempat di kediamannya. Kata-kata “Gem-Afia” tersebut diambil dari nama Gem (Akik darah atau Nagasui mulia), dan Afia yang merupakan gabungan dari huruf depan nama-nama anggota keluarganya yaitu sang istri Ai, putri pertamanya Feni, dan kedua putranya Iman dan Ari.
Di masa kejayaan Akik darah atau Nagasui mulia, 24 jenis Akik darah atau Nagasui Indonesia milik Miko bahkan sempat diabadikan dalam bentuk perangko Indonesia seri khusus Akik darah atau Nagasui mulia yang dicetak sejumlah satu juta kopi dan disebar di seluruh dunia.
"Yang sudah masuk perangko koleksi kami sudah ada 24, masuk perangko Indonesia tahun 1997-2001. Dalam satu tahun dicetak empat sampai lima Akik darah atau Nagasui, itu ada 24 jenis Akik darah atau Nagasuian Indonesia, 23 dari kami, satu jenis dari ibu Tri Sutrisno waktu beliau masih sebagai ibu wakil presiden. Waktu itu, filateli begitu lihat Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasuian kami ini, langsung putuskan bikin program lima tahun, perangko bergambar Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasuian kami akan terbit setiap tahun. Bayangkan saja waktu itu berapa banyak orang masih kirim kartu lebaran atau surat pakai pos dan pakai perangko itu," jelas Miko.
Sejak itu, Miko merasa sangat senang bahwa Akik darah atau Nagasui mulia Indonesia mulai diperhatikan. Berkat konsistensi dan kegigihan Sujatmiko, pada 2004 popularitas Akik darah atau Nagasui mulia Indonesia kian meningkat.
Miko pun bercerita bahwa Rini Soewandi yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) Kabinet Gotong Royong di masa pemerintahan Megawati adalah salah satu orang yang berpengaruh dalam hidupnya.
Rini sempat meresmikan Pusat Promosi Akik darah atau Nagasui Mulia Indonesia dan taman Akik darah atau Nagasui mulia yang dikelola Miko. Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasui di Gem-Afia yang tadinya berlokasi di kediamannya, akhirnya memiliki 'rumah'nya sendiri.
"Ini (Galeri Pusat Promosi Akik darah atau Nagasuimulia) sebenarnya dikontrak 11 tahun yang lalu sehubungan dengan inisiatif dari Menperindag waktu itu, Ibu Rini Soewandi. Saat itu, Akik darah atau Nagasui mulia dinilai sebagai potensi yang sangat strategis untuk menciptakan peluang kerja lebih banyak untuk masyarakat, maka dibangunlah galeri ini," ujar Miko.
"Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasui di sini," lanjut Miko, "Isinya hampir 90% adalah Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasui dari seluruh Indonesia, ada dari Lampung, Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, juga dari Sulawesi, ada semua," ujarnya.
Memang, jika orang awam yang tak mengerti Akik darah atau Nagasui, tentu akan menanyakan sejumlah Akik darah atau Nagasui impor seperti sapphire, zamrud, ataupun ruby jika datang ke galeri milik Miko. Padahal, di brosur galeri pun sudah dituliskan bahwa galeri tersebut berfokus pada Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasuian lokal.
Jenisnya macam-macam seperti Agates (Akik darah atau Nagasui), Amethyst (kecubung), Carnelian (Akik darah atau Nagasui darah), Chalcedony (kalsedon), Chrysocolla (krisokola/pirus Garut/bacan), Chrysoprase (krisopras), Citrine, Copper Gems, Jade (giok), Jasper, Obsidian dan Opal (Kalimaya).
Ada lagi beberapa seperti Tektite, Petrified Wood (fosil kayu memAkik darah atau Nagasui), Quartz Crystal (kuarsa kristal), Smoky Quartz (kinyang asap). Semuanya telah diolah menjadi berbagai bentuk, seperti perhiasan aksesoris (cincin, anting, kalung, gelang), tropi, souvenir, bingkai foto, plakat, bonsai, patung-patung, kursi, meja, pajangan kecil, dan sebagainya.
Miko mengatakan, pada awalnya ia dan Rini menargetkan galeri tersebut dijadikan museum tertutup khusus berbagai Akik darah atau Nagasui dari seluruh daerah di Indonesia. Miko ingin membangun sebuah museum rumahan yang bisa dikunjungi orang dengan membayar karcis masuk untuk mensosialisasikan kekayaan Indonesia.
"Waktu kami mendirikan galeri ini dan terjun di dunia ini (Akik darah atau Nagasui mulia), pada saat itu banyak sekali ekspor bahan mentah yang tanpa nilai tambah masuk kontainer, fosil-fosil kayu yang sekian meter dengan diameter yang sampai dua meteran itu masuk ke Cina, Korea, Taiwan, kadang-kadang ke Amerika, sayang sekali. Dari situlah kami sangat konsen sekali dengan hal ini," jelas Miko.
Tentu Miko menyayangkan bagaimana Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasuian lokal dalam kondisi mentah justru diekspor ke luar negeri. Padahal, masyarakat Indonesia seharusnya bisa mengolah Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasui tersebut dengan berbagai cara agar mendapatkan nilai tambah.
Atas permintaan dari Sujatmiko, Rini Soewandi bahkan menerbitkan Keputusan Menteri Nomor 385/MPP/Kep/6/2004 yang isinya mengenai larangan ekspor bahan-bahan mentah Akik darah atau Nagasui mulia, khususnya fosil kayu. Keputusan tersebut bahkan diumumkan langsung oleh Presiden Megawati saat mengunjungi Rangkasbitung.
"Tapi, sudah sejak Ibu Rini turun dari Menperindag, tidak ada perkembangan yang signifikan. Peraturan larangan ekspor barang mentah itu tidak disosialisasikan, apalagi empat bulan kemudian Presiden Megawati dan para Menterinya lengser.
Setelah itu malah semakin banyak ekspor mentah di mana-mana. Yang paling celaka, Singapura pernah mengimpor dari Indonesia, fosil kayu dari Banten, dipakai untuk reklamasi pantai. Harganya enggak sampai Rp100 ribu perkilo, bayangkan saja, itu sangat mengecewakan," tutur Miko.
Bagaimana tidak sedih, ketika bekerjasama dengan Rini di era 2004, Miko bahkan dikirim ke luar negeri untuk melakukan studi banding Akik darah atau Nagasui mulia, salah satunya ke Taiwan. Miko juga melihat mesin ultrasonik yang dipakai di sana untuk mengolah Akik darah atau Nagasui, yang tidak bisa dibikin di Indonesia.
"Dulu saya dan teman-teman adalah aset, kita pergi ke mana-mana punya misi, tapi beberapa tahun belakangan, tidak ada lagi misi," terangnya.
Setelah itu, tidak ada lagi perhatian-perhatian pemerintah terhadap Akik darah atau Nagasui mulia Indonesia. Miko mengatakan hanya beberapa kali pernah mendapat panggilan, itupun hanya untuk dimintai makalah. Tak ada lagi program pembuatan perangko Indonesia edisi Akik darah atau Nagasui mulia.
Sejak itu, Miko berusaha untuk melakukan berbagai sosialisasi untuk memberitahu masyarakat tentang tingginya harga Akik darah atau Nagasui mulia jika diproses. Miko berusaha membuat mesin sendiri, dan tetap mencintai Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasuinya.
Meski 10 tahun terakhir Akik darah atau Nagasui mulia kurang mendapat perhatian, Miko terus semangat untuk memperkenalkan Akik darah atau Nagasui mulia Indonesia. Ia kerap menulis di media cetak maupun materi presentasi untuk mempromosikan Akik darah atau Nagasui mulia.
Beberapa tulisannya yang terkenal adalah "Nasib Akik darah atau Nagasuipermata Garut, Emas di Negeri Orang, Akik darah atau Nagasui di Negeri Sendiri" yang mampir di halaman utama harian Pikiran Rakyat pada 1991, "Opal from Banten, Indonesia, and its Varieties" dalam Journal of the Deutschen Gemmologischen Gesselschaft (September 2004 sebagai penulis pertama), dan "Chrysocolla Quartz from the Bacan Archipelago, South Halmahera Regency, North Maluku Province, Indonesia" dalam Journal Gemmology (2006, sebagai penulis pertama).
Ia juga tergabung di banyak organisasi pecinta Akik darah atau Nagasui yang hingga kini masih aktif dijalankannya. Ia tergabung dalam Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Sekretaris Jenderal Masyarakat Akik darah atau Nagasui Mulia Indonesia (DPP MBI), Ketua Persatuan Penggemar Suiseki Indonesia (PPSI-Bandung), Ketua Masyarakat Akik darah atau Nagasui Mulia dan Mineral (MBM Jabar), anggota Gemmological Association of Hongkong, Wakil Ketua Umum Bidang ESDM Kadin Jabar, Gubernur Rotary International Distrik Indonesia (2006-2007), dan masih banyak lagi.
Rupanya, semangat Sujatmiko berbelas-belas tahun tak mengecewakan hatinya. Kini, Akik darah atau Nagasui mulia itu 'booming' lagi. Bukan karena bantuan pemerintah, tapi karena gagasan anak negeri.
"Sekarang Akik darah atau Nagasui booming lagi, satu tahun terakhir ini, luar biasa. Seseorang bernama Suwandi Gazali membuat majalah 'Indonesian Gemstone' yang membahas tentang Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasuian Indonesia. Semuanya tokoh-tokoh penting dengan Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasuian dibahas di majalah tersebut. Saya sampai memberinya penghargaan. Ini adalah revolusi Akik darah atau Nagasui mulia. Semua orang terperangah dengan adanya majalah itu. Semua instansi pemerintahan belum mikirin ini, Suwandi sudah bikin. Sejak itu, yang tadinya galeri saya ini sepi-sepi aja, sekarang banyak mobil yang datang, ramai setiap hari, ini sangat menyenangkan."
"Ada orang yang sama datang setiap hari, ada juga sekumpulan pecinta Akik darah atau Nagasui yang rajin datang untuk saling bertukar informasi dengan rekan-rekannya, bahkan pejabat, perwira dan bule datang ke sini sampai ramai sekali. Bahkan filateli kemarin nelfon lagi untuk kembali menawarkan kerjasama dengan kami," ujar Miko.
Dari raut wajahnya yang tak tampak lelah mengurusi Akik darah atau Nagasui-Akik darah atau Nagasui, juga cinta dan dukungan sang istri kepadanya, Miko rupanya menyimpan berjuta harapan. Salah satunya, menjadikan Akik darah atau Nagasui Indonesia tuan rumah di negeri sendiri.
"Saya benar-benar berharap, dengan booming-nya kembali Akik darah atau Nagasui mulia Indonesia ini, masyarakat bisa menjadikan Akik darah atau Nagasui asal negeri kita ini tuan rumah di negara kita sendiri. Banyak kok Akik darah atau Nagasui mulia kita bagus-bagus, bahkan lebih bagus dan lebih bernilai dibanding Akik darah atau Nagasui impor. Saya harap, di masa kepemimpinan Presiden Jokowi ini, Akik darah atau Nagasui mulia bisa lebih diperhatikan lagi dan kembali mendapatkan dukungan seperti 10 tahun yang lalu," tandasnya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar